Dunia pendidikan tidak
terlepas dari peran guru dalam mengajar dikelas. Seorang guru harus mempunyai
kemampuan untuk memahami setiap kebutuhan siswa yang dibutuhkan dalam tahap
perkembangannya. Maka tak heran, seorang guru mempunyai latar belakang
pemahaman peserta didik sebelum terjun dalam dunia pendidikan yang sebenranya.
Memahami setiap peserta didik sangat perlu dilakukan, karena setiap siswa
mempunyai kebutuhan yang berbeda, masalah yang berbeda sehingga membutuhkan
solusi yang berbeda pula.
Di zaman modern ini,
sangat kuno jika dalam pembelajaran dikelas guru hanya menggunakan metode
ceramah, diskusi, dan lain sebagainya. Hal ini disebut kuno karena sangat
banyak digunakan dalam dunia pendidikan. Seiring bergesernya paradigma yang
menuntut siswa lebih aktif dibandingkan gurunya, maka tak heran banyak inovasi
dalam model dan metode pembelajaran yang bisa digunakan guru dalam mengajar.
Salah satunya adalah model pembelajaran yang berbasis bimbingan.
1.
Konsep
Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
A. Konsep Bimbingan
Bimbingan
merupakan terjemahan dari “Guidance”.
Guidance berasal dari akar kata “Guide” yang secara luas bermakna
mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to manage), menyampaikan (to descript), mendorong (to motivate), membantu mewujudkan (helping to create), memberi (to giving), bersunguh-sungguh (to commit). Bimbingan adalah suatu
proses berkesinambungan sebagai upaya membantu untuk memfasilitasi individu
agar berkembang secara optimal. Perkembangan optimal yang dimaksud adalah
perkembangan yang sesuai dengan potensi individu dan sistem nilai tentang
kehidupan yang baik dan benar, perkembangan optimal merupakan kondisi dinamik,
dimana individu mampu mengenal dan memahami diri, berani menerima kenyataan
diri secara subyektif, mengarahkan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan
sistem nilai dan melakukan pilihan dan mengambil keputusan atas tanggung jawab
sendiri.
B. Konsep Pembelajaran dan
Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Pembelajaran
berbasis bimbingan itu sangatlah penting untuk diterapkan karena pembelajaran
yang baik, tidak hanya berorientasi pada pencapaian kognitif saja, akan tetapi
dapat menghasilkan sebuah output
berupa lahirnya perubahan perilaku peserta didik yang positif dan normatif.
Maka, menurut Budiman (Najjah, 2015), pembelajaran berbasis bimbingan
seharusnya berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
1)
Didasarkan pada Needs assessment (sesuai dengan kebutuhan).
2)
Dikembangkan dalam suasana membantu (helping relationship).
3)
Bersifat memfasilitasi.
4) Berorientasi pada: (1) learning to be (belajar menjadi); (2) learning to learn (belajar untuk belajar);
(3) learning to work (belajar untuk
bekerja dan berkarir); (4) learning to
live together (belajar untuk hidup bersama).
5)
Tujuan utama perkembangan potensi secara
optimal.
Definisi
tentang pembelajaran berbasis bimbingan dikemukakan oleh Mariyana (2008, hlm.
2) bahwa pembelajaran berbasis bimbingan merupakan sebuah model pembelajaran
yang dirancang berdasarkan pemahaman terhadap bimbingan, dengan memperhatikan
pemahaman terhadap anak dan cara belajarnya.
2.
Ciri-Ciri
Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut
Kartadinata dan Dantes (dalam Mariyana, 2008, hlm. 2) pembelajaran berbasis
bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:
a.
Diperuntukkan bagi semua siswa.
b.
Memperlakukan siswa sebagai individu
yang unik dan sedang berkembang.
c.
Mengakui siswa sebagai individu yang
bermartabat dan berkemampuan.
d. Terarah ke pengembangan segenap aspek
perkembangan anak secaramenyeluruh dan optimal.
e. Disertai dengan berbagai sikap guru yang
positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas
siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
Selain itu, adapula ciri-ciri lain dari model
pembelajaran berbasis bimbingan, yaitu:
a. Diperuntukkan bagi semua peserta didik
dalam arti kata merupakan suatu kinerja yang berorientasi sepenuhnya terhadap
kebutuhan individual siswa.
b.
Sangat memperhatikan keamanan psikologis
siswa baik dalam proses pembelajaran atau di saat prosesi istirahat.
c.
Memperlakukan siswa sebagai individu
yang unik dan sedang berkembang.
d.
Mengakui siswa sebagai individu yang
bermartabat dan berkemampuan.
e.
Penuh penghargaan.
f. Pemberian reward untuk semua prestasi siswa baik itu prestasi yang besar
ataupun yang kecil sekalipun.
g.
Menghindari hukuman fisik agar tidak
terjadi kecacatan mental dini dalam dunia pendidikan.
h. Demokratis bahwa di setiap pembelajaran
yang berbau bimbingan guru wajib mendengarkan suara siswa terlebih dahulu agar
terjadi komunikasi yang baik dan mendapat pemecahan masalah yang mendalam.
i. Terarah ke pengembangan segenap aspek
perkembangan siswa secara menyeluruh dan optimal.
j. Disertai dengan berbagai sikap guru yang
positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas
siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
3.
Prinsip-Prinsip
Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Pembelajaran
berbasis bimbingan merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip
bimbingan sehingga prinsip-prinsip pembelajaran berbasis bimbingan pun tidak
terlepas dari prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a. Proses
membantu individu
b. Bertitik
tolak pada individu yang dibimbing
c. Didasarkan
pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing
d. Pada
batas tertentu perlu ada referral
e. Dimulai
dengan identifikasiatas kebutuhan individu
f. Diselenggarakan
secara luwes dan fleksibel
g. Sejalan
dengan visi dan misi lembaga
h. Dikelola
dengan orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan
i. Ada
sistem evaluasi yang digunakan
4. Model-Model Pembelajaran yang
Berorientasi pada Pengembangan Individu
a.
Model
Pemrosesan Informasi
Model
pembelajaran ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi
pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.
Teori pemrosesan informasi atau kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985).
Asumsinya pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran
terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar.
Menurut
Rusman (tt, hlm.12) ada Sembilan langkah yang harus diperhatikan guru di kelas
yang kaitannya dengan model pembelajaran pemrosesan informasi, yaitu:
1) Melakukan
tindakan untuk menarik perhatian siswa.
2) Memberikan
informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas.
3) Merangsang
siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran,
4) Menyampaikan
isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah ditentukan.
5) Memberikan
bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
6) Memberikan
penguatan pada perilaku pembelajaran.
7) Memberikan
feedback terhadap perilaku yang
ditunjukkan siswa.
8) Melaksanakan
penilaian proses dan hasil.
9) Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.
b.
Model
Personal
Perhatian utama
dari model personal ada pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang
produktif dengan lingkungannya. Model pembelajaran personal adalah model
pembelajaran yang bertitik tolak pada teori Humanistik, yaitu berorientasi
terhadap pengembangan individu.
c.
Model Interaksi Sosial
Model pembelajaran
interaksi sosial ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field theory). Model ini menitikberatkan hubungan yang harmonis
antara individu dengan masyarakat (learning
to life together). Sehingga dengan model pembelajaran ini, hal yang
diharapkan dapat dikembangkan oleh siswa adalah bagaimana berhubungan secara
baik dengan masyarakatnya. Model interaksi sosial ini mencakup strategi
pembelajaran sebagai berikut:
1) Kerja kelompok
2) Pertemuan kelas
3) Pemecahan masalah sosial
4) Model laboratorium
5) Bermain peranan
6) Simulasi sosial
d.
Model Modifikasi Tingkah Laku
Model pembelajaran
modifikasi tingkah laku bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu
bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas
belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini, lebih
menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan yang tidak dapat
diamati. Dalam hal ini, peran guru adalah selalu memperhatikan terhadap tingkah
laku belajar siswa.
e.
Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya
Model pembelajaran
terpadu berbasis budaya yang dikembangkan untuk meningkatkan apresiasi siswa
terhadap budaya lokal dan dikembangkan berdasarkan pengalaman awal budaya
siswa. Komponen desainnya terdiri atas tema budaya lokal, alat mediadan sumber
yang beragam dan kontekstual, serta komponen penilaian menekankan pada
penilaian proses dan hasil. Implementasinya terdiri atas tiga tahap yakni
pengondisian, penciptaan makna dna konsolidasi (Alexon dan Sukmadinata, 2010, hlm.
201).
f.
Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi pelajaran. Gracia (dalam Riadi, 2012)
mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai strategi belajar aktif, kelas
tampak seperti mesin belajar dan siswa; termasuk aktivitas belajar mereka
sebagai bahan bakan yang menggerakan mesin; siswa dikelompokkan oleh guru dalam
empat sampai lima anggota dalam satu tim; siswa-siswi tersebut heterogen dalam
kemampuan dan jenis kelamin; mereka tercampur antara kelas sosial, ras, etnik,
dan agama.
Menurut Slavin
(dalam Riadi, 2012) tujuan pembelajaan kooperatif adalah menciptakan situasi
dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya. Kemudian Slavin (dalam Riadi, 2012) mengemukakan bahwa terdapat
tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik dari pembelajaran kooperatif
yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang
sama untuk berhasil.
Langkah-langkah
pembelajaran Cooperative Learning menurut Arends (dalam Fatirul, 2008, hlm. 20)
adalah:
1)
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
2)
Menyajikan
informasi
3)
Mengorganisasikan
siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
4)
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
5)
Evaluasi
6)
Memberikan
penghargaan
g.
Model Pembelajaran Kontekstual
Menurut Nurhadi (dalam Riadi, 2013)
pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Tugas guru pada model pembelajaran
kontekstual ini adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Tugas guru mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama menemukan sesuatu yang baru bagi
siswa. Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa dalam konteks bermakna yang
menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan
sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peranan guru.
h.
Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning)
Menurut Glazer (dalam Nurfianti,
2011) mengemukakan Problem Based Learning
merupakan suatu strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada
masalah kompleks dalam situasi yang nyata. Tahap-tahap pembelajaran Problem Based Learning menurut Trianto
(dalam Nurfianti, 2011) adalah:
1) Orientasi
siswa pada masalah
2) Mengorganisasi
siswa
3) Membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok
4) Mengembangkan
dan menyajikan hasil
5) Menganalisis
dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah
terima kasih, sangat membantu ^^
BalasHapusApakah ada referensinya?
BalasHapusKira-kira bagian metode pembelajaran bimbingan hanya ada 8?
terimakasih, sangat bermanfaat
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus