Jumat, 10 April 2015

MASALAH MASALAH SISWA DI SEKOLAH SERTA PENDEKATAN-PENDEKATAN UMUM DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING (STRATEGI BIMBINGAN DAN KONSELING)

MASALAH MASALAH SISWA DI SEKOLAH SERTA PENDEKATAN-PENDEKATAN UMUM DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING (STRATEGI BIMBINGAN DAN KONSELING)

Manusia dalam kehidupannnya tidak terlepas dari bantuan manusia lain, karena pada hakikatnya selain manusia sebagai makhluk individu, manusia juga disebut dengan makhluk sosial yang dalam kehidupannya selalu membutuhkan manusia yang lain. Dalam kehidupannya, hubungan yang dijalin manusia satu dengan lainnya tidak selalu berjalan dengan harapan, hal ini bisa disebut dengan hambatan atau masalah. masalah adalah hambatan menuju tujuan yang ingin dicapai sehingga harus diselesaikan. Masalah ini juga datang dalam dunia pendidikan, biasanya yang menjadi sorotan di sekolah adalah siswa. Masing-masing siswa memiliki karakteristik pribadi yang unik dan terdapat perbedaan individual diantara mereka, seperti dalam aspek kecerdasan, emosi, sosiabilitas, sikap dan lain sebagainya. Maka tidak jarang terjadi masalah yang dialami siswapun berbeda. Berkenaan dengan masalah-masalah yang dihadapi siswa itu berbeda-beda maka diperlukan pendekatan-pendekatan melalui bimbingan dan konseling.
1.      Masalah Masalah Siswa di Sekolah
Menurut Tohirin (2007, hlm. 111) mengungkapkan bahwa siswa di sekolah akan mengalami masalah-masalah yang berkenaan dengan:
a.       Perkembangan individu,
b.  Perbedaan individu dalam hal: kecerdasan, kecakapan, hasil belajar, bakat, sikap, kebiasaan, pengetahuan, kepribadian, cita-cita, kebutuhan, minat, pola-pola dan tempo perkembangan, ciri-ciri jasmaniah, dan latar belakang lingkungan,
c.       Kebutuhan individu,
d.      Penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku,
e.       Masalah belajar.

Sedangkan Adz-Dzaky (2004) mengklasifikasikan masalah siswa sebagai berikut:
a.       Masalah yang berhubungan dengan Tuhan
b.      Masalah individu dengan dirinya sendiri
c.       Individu dengan lingkungan keluarga
d.      Individu dengan lingkungan kerja
e.       Individu dengan lingkungan sosialnya
   
   Semua masalah di atas harus diidentifikasi oleh guru pembimbing di sekolah, sehingga bisa menetapkan sekala prioritas masalah mana yang harus dibicarakan terlebih dahulu dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Masalah – masalah diatas juga harus menjadi pertimbangan bagi guru pembimbing di sekolah  dalam menyusun program bimbingan dan konseling. Prayitno & Erman (2004, hlm 58) mengemukakan beberapa contoh masalah di sekolah yaitu sebagai berikut:
a.       Prestasi belajar rendah; di bawah rata-rata; merosot
    Hal ini disebabkan karena tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, malas belajar, kurang minat dan perhatian, kekurangan sarana belajar, kekurangan kesempatan, atau waktu untuk belajar, proses belajar-mengajar di sekolah kurang merangsang, dan suasana sosio-emosional sekolah kurang memungkinkan siswa untuk belajar dengan baik. Akibat yang akan terjadi adalah minat belajar semakin berkurang, tidak naik kelas, dikeluarkan dari sekolah, frustasi yang mendalam, tidak mampu melanjutkan pelajaran dan kesulitan mencari kerja.
b.      Kurang berminat pada bidang studi tertentu
     Hal ini disebabkan karena tidak memiliki bakat dalam bidang tersebut, lingkungan tidak menyokong untuk pengembangan bidang tersebut, proses belajar mengajar untuk bidang tersebut tidak menyenangkan, dengan guru kurang menyenangkan, siswa sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi hasilnya selalu rendah, dorongan dari guru dan sekolah kurang, sarana belajar kurang menunjang dan memilih bidang tersebut dari ikut-ikutan, atau dorongan orang tua atau orang lain. akibat yang akan terjadi adalah pindah jurusan, terjadi ketidaksesuaian antara keinginan orang tua dan pilihan siswa, dan kegiatan belajar untuk bidang-bidang studi lain menjadi terganggu.
c.       Bentrok dengan gurU
    Kemungkinan penyebabnya adalah tidak menyukai bidang studi yang diajarkan oleh guru tersebut, siswa berbuat kesalahan dan ketika ditegur oleh guru tersebut siswa tidak mau menerima teguran itu, berwatak pemberang, kurang memahami aturan dan sopan santun yang berlaku di sekolah, serta aturan dan sopan santun yang berlaku di lingkungan (dan di rumah) berbeda dengan yang berlaku di sekolah. Akibat yang akan timbul adalah memperoleh nilai “mati” dari guru yang bersangkutan, hubungan dan kegiatan belajar dengan guru-guru lain menjadi terganggu, tidak naik kelas, dan dikeluarkan dari sekolah.
d.      Melanggar tata tertib
    Kemungkinan sebabnya adalah tidak begitu memahami kegunaan masing-masing aturan atau tata tertib yang berlaku di sekolah, aturan tersebut tidak didiskusikan dengan siswa sehingga siswa hanya terpaksa mengikutinya, siswa yang bersangkutan terbiasa hidup terlalu bebas, baik di rumah maupun di masyarakat, tindakan yang dilakukan terhadap pelanggaran terlalu keras sehingga siswa mereaksi secara tidak wajar (negatif), ciri khusus perkembangan remaja yang agak “sukar diatur” tetapi “belum dapat mengatur diri sendiri”, dan ketidaksukaan pada mata pelajaran tertentu dilampiaskan pada pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Akibat yang akan terjadi adalah tingkah laku siswa makin tidak terkendali, terjadi kerenggangan hubungan antara guru dan murid, suasana sekolah dirasakan kurang menyenangkan bagi siswa, proses belajar-mengajar terganggu, kegiatan belajar siswa terganggu, nilai rendah, tidak naik kelas, dan dikeluarkan dari sekolah.
e.       Membolos, Terlambat masuk sekolah
f.       Pendiam, hal ini mungkin disebabkan berwatak introvert, kurang sehat, mengalami gangguan dengan organ bicara, malu atau takut kepada orang lain, merasa tidak perlu atau tidak ada gunanya berbicara, mengalami kesulitan bahasa, sedang dirundung kesedihan atau suasana emosional lainnya yang cukup dalam. Akibatnya adalah tidak disukai kawan dan pergaulan terganggu dan kurang mampu mengembangkan penalaran melalui komunikasi lisan.
g.      Kesulitan alat pelajaran
Gambarannya adalah tidak memiliki buku-buku untuk berbagai mata pelajaran, tidak cukup memiliki buku dan alat-alat tulis, dan tidak mampu membeli alat-alat pelajaran, seperti alat-alat untuk praktek berbagai mata pelajaran. Penyebabnya adalah orang tua tidak mampu, pemboros sehingga uang yang tersedia untuk alat-alat pelajaran terbelanjakan untuk yang lain, kurang akrab dengan kawan sehingga tidak dapat meminjam alat pelajaran yang diperlukan dari kawan, tidak mengetahui tersedianya dan cara memanfaatkan sumber belajar yang ada (misalnya perpustakaan) dan kurang rapi dan teliti sehingga alat-alat pelajaran yang dimiliki lekas rusak atau hilang.
h.      Bertengkar atau berkelahi, Sukar menyesuaikan diri

      Dari uraian di atas terlihat bahwa masalah-masalah yang dialami siswa berbeda dan banyak jenisnya. Sebagai guru BK dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan-pendekatan umum dalam bimbingan dan konseling. Menurut Yusuf, dan Nurihsan (2008, hlm. 81-82) pendekan bimbingan dibagi menjadi empat pendekatan yaitu:
      a.      Pendekatan kirtis
Pendekatan krisis adalah upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah. Bimbingan bertujuan untuk mengatasi krisis atau masalah-masalah yang dialami individu. Dalam pendekatan krisis ini, guru BK menunggu siswa yang datang, selanjutnya mereka memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan siswa.
b.      Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial adalah upaya bimbinngan yang diarahkan kepada individu yang mengalami kesulitan. Tujuan bimbingan adalah untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami individu. Dalam pendekatan ini guru BK memfokuskan pada kelemahan-kelemahan individu yang selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya.
c.       Pendekatan Preventif
Pendekatan preventif adalah upaya bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum individu dan mencoba jangan sampai terjadi masalah tersebut pada individu. Guru BK berupaya untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut pada individu .
d.      Pendekatan Perkembangan
Teknik yang digunakan dalam bimbingan dan konseling perkembangan adalah pembelajaran, pertukaran informasi, bermain peran, tutorial, dan konseling. 

2.      Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling
Strategi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terdari dari:
            a.      Konseling Individual
           Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara guru BK dan siswa. Siswa yang mengalami masalah pribadi yang sulit atau tidak bisa diselesaikan sendiri, kemudian meminta bantuan kepada guru BK sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi. Dalam konseling diharapkan siswa dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat di sekitarnya. Menurut Nurihsan (2007, hlm. 11) teknik yang digunakan dalam konseling individual yaitu: Menghampiri siswa, empatirefleksi, eksplorasi, menangkap pesan utama, bertanya untuk membuka percakapan, bertanya tertutup, dorongan minimal, interpretasi, mengarahkan, menyimpulkan sementara, memimpin, memfokus, konfrontasi, menjernihkan, memudahkan, diam, mengambil inisiatif, memberi nasihat, memberi informasi, merencanakan, dan menyimpulkan. Secara umum Nurihsan (2007) membagi proses konseling individual ke dalam tiga tahapan yaitu:
1)         Tahap Awal Konseling
Adapun yang dilakukan guru BK dalam proses konseling tahap awal adalah sebagai berikut:
(a)    Membangun hubungan konseling dengan melibatkan siswa yang mengalami masalah
(b)   Memperjelas dan mendefinisikan masalah
(c)    Membuat penjajakan alternatif bantuan untuk mengatasi masalah
(d)   Menegosiasikan kontrak
2)         Tahap Pertengehan Konseling (Tahap Kerja)
Tujuan pada tahap pertengahan ini adalah sebagai berikut:
(a)    Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian siswa dan lingkungannya dalam mengatasi masalah tersebut.
(b)   Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara.
(c)    Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak.
3)         Tahap Akhir Konseling
Menurut Cavanagh (dalam Nurihsan, 2007, hlm. 15) menyebut tahap ini dengan istilah termination. Pada tahap ini, konseling ditandai oleh beberapa hal berikut:
(a)  Menurunnya kecemasan siswa. Hal ini diketahui setelah guru BK menanyakan keadaan kecemasannya.
(b)   Adanya perubahan perilaku yang jelas ke arah yang lebih positif, sehat, dan dinamik.
(c)    Adanya tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang dengan program yang jelas pula.
(d) Terjadinya perubahan sikap positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua, teman, dan keadaan yang tidak menguntungkan.

Tujuan tahap akhir ini adalah memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang tidak bermasalah. Adapun tujuan lainnya dari tahap ini adalah:
(a)   Terjadinya transfer of learning pada diri siswa.
(b)   Melaksanakan perubahan perilaku siswa agar mampu mengatasi masalahnya.
(c)    Mengakhiri hubungan konseling.
b.      Konsultasi
Konsultasi merupakan salah satu strategi bimbingan yang penting sebab banyak masalah karena sesuatu hal akan lebih berhasil jika ditangani secara tidak langsung oleh guru BK. Konsultasi dalam pengertian umum dipandang sebagai nasihat dari seseorang yang profesional. Pengertian konsultasi dalam program bimbingan dipandang sebagai suatu proses menyediakan bantuan teknis untuk guru, orang tua, administrator, dan guru BK lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas siswa atau sekolah. Menurut Nurihsan (2007) ada delapan tujuan konsultasi, yaitu:
1)   Mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, orang tua, dan administrator sekolah.
2)  Menyempurnakan komunikasi dengan mengembangkan informasi diantara orang yang penting.
3)  Mengajak bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang bermacam-macam untuk menyempurnakan lingkungan belajar.
4)      Memperluas layanan dari para ahli.
5)      Memperluas layanan pendidikan dari guru dan administrator.
6)      Membantu orang lain bagaimana belajar tentang perilaku.
7)    Menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingukngan belajar yang baik.
8)      Menggerakkan organisasi yang mandiri.

Langkah proses konsultasi menurut Nurihsan (2007) yaitu:
1)      Menumbuhkan hubungan berdasarkan  komunikasi dan perhatian pada siswa.
2)      Menentukan diagnosis atau sebuah hipotesis kerja sebagai rencana kegiatan.
3)      Mengembangkan motivasi untuk melaksanakan kegiatan.
4)      Melakukan pemecahan masalah.
5)      Melakukan alternatif lain apabila masalah belum terpecahkan.
c.       Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri siswa. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran. Penyelenggaraan bimbingan kelompok, menurut Nurihsan (2007), memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan kegiatan yang memadai, dari langkah awal sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya.
1)      Langkah Awal
Langkah awal diselenggarakan dalam rangka pembentukan kelompok sampai dengan mengumpulkan para peserta yang siap melaksanakn kegiatan kelompok. Langkah awal ini dimulai dengan penjelasan tentang adanya layanan bimbingan kelompok bagi para siswa, pengertian, tujuan, dan kegunaan bimbingan kelompok. Setelah penjelasan ini, langkah selanjutnya menghasilkan kelompok yang langsung merencanakan waktu dan tempat menyelenggarakan kegiatan bimbingan kelompok.
2)      Perencanaan Kegiatan
Perencanaan kegiatan bimbingan kelompok meliputi penetapan: Materi layanan, tujuan yang ingin dicapai, sasaran kegiatan, bahan atau sumebr bahan untuk bimbingan kelompok, rencana penilaian, dan waktu dan tempat.
3)      Pelaksanaan Kegiatan
a)  Persiapan menyeluruh yang meliputi persiapan fisik (tempat dan kelengkapannya), persiapan bahan, persiapan keterampilan, dan persiapan administrasi.
b)      Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan terdiri dari:
(1)   Tahap pertama: pembentukan, temanya pengenalan, pelibatan dan pemasukan diri.
(2)   Tahap kedua: peralihan.
(3)   Tahap ketiga: kegiatan.
4)      Evaluasi Kegiatan
penilaian terhadap bimbingan kelompok lebih bersifat penilaian “dalam proses”, yang dapat dilakukan melalui:
a)      Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung.
b)      Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas.
c)    Mengungkapkan kegunaan bimbingan kelompok bagi mereka dan perolehan mereka sebagai hasil dari keikutsertaan mereka.
d)      Mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kemungkinan kegiatan lanjutan.
e)  Mengungkapkan kelancaran proses dab suasana penyelenggaraan bimbingan kelompok.
5)      Analisis dan Tindak Lanjut
d.      Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada siswa dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan. Konseling kelompok bersifat pencegahan, dalam arti bahwa siswa yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi mungkin memiliki suatu titik lemah dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat pemberian kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan siswa, dalam arti bahwa konseling kelompok itu menyajikan dan memberikan dorongan kepada siswa yang bersangkutan untuk mengubah dirinya selaras dengan minatnya sendiri. Prosedur konseling kelompok dengan bimbingan kelompok, yaitu terdiri dari:
1)      tahap pembentukan, dengan temanya pengenalan, perlibatan, dan pemasukan diri;
2)      tahap peralihan, dengan temanya pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga;
3)      tahap kegiatan, dengan temanya kegiatan pencapaian tujuan;
4)      tahap pengakhiran, dengan temanya penilaian dan tindak lanjut.
e.       Pengajaran Remedial
Menurut Makmun (dalam Nurihsan, 2007, hlm. 23) pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu proses interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, terkontrol dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya. Secara sistematika prosedur remedial tersebut, menurut Nurihsan (2007) dapat digambarkan sebagai berikut:
1)      Diagnostik kesulitan belajar-mengajar.
2)      Rekomendasi/referral.
3)      Penelaahan kembali kasus.
4)      Pilihan alternatif tindakan.
5)      Layanan konseling.
6)      Pelaksanaan pengajaran remedial.
7)      Pengukuran kembali hasil belajar-mengajar.
8)      Reevalusai/rediagnostik.
9)      Tugas tambahan.
10)  Hasil yang diharapkan.
f.       Bimbingan Klasikal
Menurut Sudrajat, bimbingan klasikal termasuk ke dalam strategi untuk layanan dasar bimbingan. Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam peluncuran program yang telah dirancang, menuntut guru BK untuk melakukan kontak langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, guru BK memberikan layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga memiliki pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang dimasukinya.



































Tidak ada komentar:

Posting Komentar