MASALAH
MASALAH SISWA DI SEKOLAH SERTA PENDEKATAN-PENDEKATAN UMUM DALAM BIMBINGAN DAN
KONSELING (STRATEGI BIMBINGAN DAN KONSELING)
Manusia dalam
kehidupannnya tidak terlepas dari bantuan manusia lain, karena pada hakikatnya
selain manusia sebagai makhluk individu, manusia juga disebut dengan makhluk
sosial yang dalam kehidupannya selalu membutuhkan manusia yang lain. Dalam kehidupannya,
hubungan yang dijalin manusia satu dengan lainnya tidak selalu berjalan dengan
harapan, hal ini bisa disebut dengan hambatan atau masalah. masalah adalah
hambatan menuju tujuan yang ingin dicapai sehingga harus diselesaikan. Masalah ini
juga datang dalam dunia pendidikan, biasanya yang menjadi sorotan di sekolah
adalah siswa. Masing-masing siswa memiliki karakteristik pribadi yang unik dan
terdapat perbedaan individual diantara mereka, seperti dalam aspek kecerdasan,
emosi, sosiabilitas, sikap dan lain sebagainya. Maka tidak jarang terjadi
masalah yang dialami siswapun berbeda. Berkenaan dengan masalah-masalah yang
dihadapi siswa itu berbeda-beda maka diperlukan pendekatan-pendekatan melalui
bimbingan dan konseling.
1.
Masalah
Masalah Siswa di Sekolah
Menurut Tohirin (2007,
hlm. 111) mengungkapkan bahwa siswa di sekolah akan mengalami masalah-masalah
yang berkenaan dengan:
a.
Perkembangan individu,
b. Perbedaan individu dalam hal:
kecerdasan, kecakapan, hasil belajar, bakat, sikap, kebiasaan, pengetahuan,
kepribadian, cita-cita, kebutuhan, minat, pola-pola dan tempo perkembangan, ciri-ciri
jasmaniah, dan latar belakang lingkungan,
c.
Kebutuhan individu,
d.
Penyesuaian diri dan kelainan tingkah
laku,
e.
Masalah belajar.
Sedangkan
Adz-Dzaky (2004) mengklasifikasikan masalah siswa sebagai berikut:
a.
Masalah yang berhubungan dengan Tuhan
b.
Masalah individu dengan dirinya sendiri
c.
Individu
dengan lingkungan keluarga
d.
Individu
dengan lingkungan kerja
e.
Individu
dengan lingkungan sosialnya
Semua masalah di atas harus diidentifikasi oleh guru
pembimbing di sekolah, sehingga bisa menetapkan sekala prioritas masalah mana
yang harus dibicarakan terlebih dahulu dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
Masalah – masalah diatas juga harus menjadi pertimbangan bagi guru pembimbing
di sekolah dalam menyusun program
bimbingan dan konseling. Prayitno & Erman (2004, hlm 58) mengemukakan
beberapa contoh masalah di sekolah yaitu sebagai berikut:
a.
Prestasi belajar rendah; di bawah
rata-rata; merosot
Hal
ini disebabkan karena tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, malas belajar,
kurang minat dan perhatian, kekurangan sarana belajar, kekurangan kesempatan,
atau waktu untuk belajar, proses belajar-mengajar di sekolah kurang merangsang,
dan suasana sosio-emosional sekolah kurang memungkinkan siswa untuk belajar
dengan baik. Akibat yang akan terjadi adalah minat belajar semakin berkurang, tidak
naik kelas, dikeluarkan dari sekolah, frustasi yang mendalam, tidak mampu
melanjutkan pelajaran dan kesulitan mencari kerja.
b.
Kurang berminat pada bidang studi
tertentu
Hal
ini disebabkan karena tidak memiliki bakat dalam bidang tersebut, lingkungan
tidak menyokong untuk pengembangan bidang tersebut, proses belajar mengajar
untuk bidang tersebut tidak menyenangkan, dengan guru kurang menyenangkan, siswa
sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi hasilnya selalu rendah, dorongan dari guru
dan sekolah kurang, sarana belajar kurang menunjang dan memilih bidang tersebut
dari ikut-ikutan, atau dorongan orang tua atau orang lain. akibat yang akan
terjadi adalah pindah jurusan, terjadi ketidaksesuaian antara keinginan orang
tua dan pilihan siswa, dan kegiatan belajar untuk bidang-bidang studi lain
menjadi terganggu.
c.
Bentrok dengan gurU
Kemungkinan
penyebabnya adalah tidak menyukai bidang studi yang diajarkan oleh guru
tersebut, siswa berbuat kesalahan dan ketika ditegur oleh guru tersebut siswa
tidak mau menerima teguran itu, berwatak pemberang, kurang memahami aturan dan
sopan santun yang berlaku di sekolah, serta aturan dan sopan santun yang
berlaku di lingkungan (dan di rumah) berbeda dengan yang berlaku di sekolah. Akibat
yang akan timbul adalah memperoleh nilai “mati” dari guru yang bersangkutan, hubungan
dan kegiatan belajar dengan guru-guru lain menjadi terganggu, tidak naik kelas,
dan dikeluarkan dari sekolah.
d.
Melanggar tata tertib
Kemungkinan
sebabnya adalah tidak begitu memahami kegunaan masing-masing aturan atau tata
tertib yang berlaku di sekolah, aturan tersebut tidak didiskusikan dengan siswa
sehingga siswa hanya terpaksa mengikutinya, siswa yang bersangkutan terbiasa
hidup terlalu bebas, baik di rumah maupun di masyarakat, tindakan yang
dilakukan terhadap pelanggaran terlalu keras sehingga siswa mereaksi secara
tidak wajar (negatif), ciri khusus perkembangan remaja yang agak “sukar diatur”
tetapi “belum dapat mengatur diri sendiri”, dan ketidaksukaan pada mata
pelajaran tertentu dilampiaskan pada pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Akibat
yang akan terjadi adalah tingkah laku siswa makin tidak terkendali, terjadi
kerenggangan hubungan antara guru dan murid, suasana sekolah dirasakan kurang
menyenangkan bagi siswa, proses belajar-mengajar terganggu, kegiatan belajar
siswa terganggu, nilai rendah, tidak naik kelas, dan dikeluarkan dari sekolah.
e.
Membolos, Terlambat masuk sekolah
f.
Pendiam, hal ini mungkin disebabkan berwatak
introvert, kurang sehat, mengalami gangguan
dengan organ bicara, malu atau takut kepada orang lain, merasa tidak perlu atau
tidak ada gunanya berbicara, mengalami kesulitan bahasa, sedang dirundung
kesedihan atau suasana emosional lainnya yang cukup dalam. Akibatnya adalah tidak
disukai kawan dan pergaulan terganggu dan kurang mampu mengembangkan penalaran
melalui komunikasi lisan.
g.
Kesulitan alat pelajaran
Gambarannya
adalah tidak memiliki buku-buku untuk berbagai mata pelajaran, tidak cukup memiliki
buku dan alat-alat tulis, dan tidak mampu membeli alat-alat pelajaran, seperti
alat-alat untuk praktek berbagai mata pelajaran. Penyebabnya adalah orang tua
tidak mampu, pemboros sehingga uang yang tersedia untuk alat-alat pelajaran
terbelanjakan untuk yang lain, kurang akrab dengan kawan sehingga tidak dapat
meminjam alat pelajaran yang diperlukan dari kawan, tidak mengetahui
tersedianya dan cara memanfaatkan sumber belajar yang ada (misalnya
perpustakaan) dan kurang rapi dan teliti sehingga alat-alat pelajaran yang dimiliki
lekas rusak atau hilang.
h.
Bertengkar atau berkelahi, Sukar
menyesuaikan diri
Dari uraian di atas terlihat bahwa masalah-masalah
yang dialami siswa berbeda dan banyak jenisnya. Sebagai guru BK dibutuhkan
dalam menyelesaikan masalah tersebut. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan
pendekatan-pendekatan umum dalam bimbingan dan konseling. Menurut Yusuf, dan Nurihsan
(2008, hlm. 81-82) pendekan bimbingan dibagi menjadi empat pendekatan yaitu:
a.
Pendekatan
kirtis
Pendekatan krisis adalah upaya
bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah.
Bimbingan bertujuan untuk mengatasi krisis atau masalah-masalah yang dialami individu. Dalam
pendekatan krisis ini, guru BK menunggu siswa yang datang, selanjutnya mereka
memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan siswa.
b.
Pendekatan
Remedial
Pendekatan remedial adalah upaya
bimbinngan yang diarahkan kepada individu yang mengalami kesulitan. Tujuan
bimbingan adalah untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami individu. Dalam
pendekatan ini guru BK memfokuskan pada kelemahan-kelemahan individu yang selanjutnya
berupaya untuk memperbaikinya.
c.
Pendekatan
Preventif
Pendekatan preventif adalah upaya
bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum individu dan mencoba jangan
sampai terjadi masalah tersebut pada individu. Guru BK berupaya untuk
mengajarkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut pada
individu .
d.
Pendekatan
Perkembangan
Teknik yang digunakan dalam
bimbingan dan konseling perkembangan adalah pembelajaran, pertukaran informasi,
bermain peran, tutorial, dan konseling.
2. Strategi Pelaksanaan Layanan
Bimbingan dan Konseling
Strategi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
terdari dari:
a.
Konseling
Individual
Konseling
individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam
wawancara antara guru BK dan siswa. Siswa yang mengalami masalah pribadi yang
sulit atau tidak bisa diselesaikan sendiri, kemudian meminta bantuan kepada
guru BK sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan
dan keterampilan psikologi. Dalam konseling diharapkan siswa dapat mengubah
sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih baik dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya dan memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan
masyarakat di sekitarnya. Menurut Nurihsan (2007, hlm. 11) teknik yang
digunakan dalam konseling individual yaitu: Menghampiri siswa, empatirefleksi, eksplorasi,
menangkap pesan utama, bertanya untuk membuka percakapan, bertanya tertutup, dorongan
minimal, interpretasi, mengarahkan, menyimpulkan sementara, memimpin, memfokus,
konfrontasi, menjernihkan, memudahkan, diam, mengambil inisiatif, memberi
nasihat, memberi informasi, merencanakan, dan menyimpulkan. Secara
umum Nurihsan (2007) membagi proses konseling individual ke dalam tiga tahapan
yaitu:
1)
Tahap Awal Konseling
Adapun yang dilakukan guru BK dalam
proses konseling tahap awal adalah sebagai berikut:
(a) Membangun
hubungan konseling dengan melibatkan siswa yang mengalami masalah
(b) Memperjelas
dan mendefinisikan masalah
(c) Membuat
penjajakan alternatif bantuan untuk mengatasi masalah
(d) Menegosiasikan
kontrak
2)
Tahap Pertengehan Konseling (Tahap
Kerja)
Tujuan pada tahap pertengahan ini
adalah sebagai berikut:
(a) Menjelajahi
dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian siswa dan lingkungannya dalam
mengatasi masalah tersebut.
(b) Menjaga
agar hubungan konseling selalu terpelihara.
(c) Proses
konseling agar berjalan sesuai kontrak.
3)
Tahap Akhir Konseling
Menurut Cavanagh (dalam Nurihsan,
2007, hlm. 15) menyebut tahap ini dengan istilah termination. Pada tahap ini, konseling ditandai oleh beberapa hal
berikut:
(a) Menurunnya
kecemasan siswa. Hal ini diketahui setelah guru BK menanyakan keadaan
kecemasannya.
(b) Adanya
perubahan perilaku yang jelas ke arah yang lebih positif, sehat, dan dinamik.
(c) Adanya
tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang dengan program yang jelas pula.
(d) Terjadinya
perubahan sikap positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengoreksi diri
dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua,
teman, dan keadaan yang tidak menguntungkan.
Tujuan
tahap akhir ini adalah memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang tidak
bermasalah. Adapun tujuan lainnya dari tahap ini adalah:
(a) Terjadinya
transfer of learning pada diri siswa.
(b) Melaksanakan
perubahan perilaku siswa agar mampu mengatasi masalahnya.
(c) Mengakhiri
hubungan konseling.
b. Konsultasi
Konsultasi
merupakan salah satu strategi bimbingan yang penting sebab banyak masalah
karena sesuatu hal akan lebih berhasil jika ditangani secara tidak langsung
oleh guru BK. Konsultasi dalam pengertian umum dipandang sebagai nasihat dari
seseorang yang profesional. Pengertian konsultasi dalam program bimbingan
dipandang sebagai suatu proses menyediakan bantuan teknis untuk guru, orang tua,
administrator, dan guru BK lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah
yang membatasi efektivitas siswa atau sekolah. Menurut Nurihsan (2007) ada
delapan tujuan konsultasi, yaitu:
1) Mengembangkan
dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, orang
tua, dan administrator sekolah.
2) Menyempurnakan
komunikasi dengan mengembangkan informasi diantara orang yang penting.
3) Mengajak
bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang bermacam-macam untuk
menyempurnakan lingkungan belajar.
4) Memperluas
layanan dari para ahli.
5) Memperluas
layanan pendidikan dari guru dan administrator.
6) Membantu
orang lain bagaimana belajar tentang perilaku.
7) Menciptakan
suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingukngan belajar yang baik.
8) Menggerakkan
organisasi yang mandiri.
Langkah proses konsultasi menurut Nurihsan (2007)
yaitu:
1) Menumbuhkan
hubungan berdasarkan komunikasi dan
perhatian pada siswa.
2) Menentukan
diagnosis atau sebuah hipotesis kerja sebagai rencana kegiatan.
3) Mengembangkan
motivasi untuk melaksanakan kegiatan.
4) Melakukan
pemecahan masalah.
5) Melakukan
alternatif lain apabila masalah belum terpecahkan.
c. Bimbingan Kelompok
Bimbingan
kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada
diri siswa. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi
yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah
sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran. Penyelenggaraan bimbingan
kelompok, menurut Nurihsan (2007), memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan
kegiatan yang memadai, dari langkah awal sampai dengan evaluasi dan tindak
lanjutnya.
1)
Langkah Awal
Langkah
awal diselenggarakan dalam rangka pembentukan kelompok sampai dengan
mengumpulkan para peserta yang siap melaksanakn kegiatan kelompok. Langkah awal
ini dimulai dengan penjelasan tentang adanya layanan bimbingan kelompok bagi
para siswa, pengertian, tujuan, dan kegunaan bimbingan kelompok. Setelah
penjelasan ini, langkah selanjutnya menghasilkan kelompok yang langsung
merencanakan waktu dan tempat menyelenggarakan kegiatan bimbingan kelompok.
2)
Perencanaan Kegiatan
Perencanaan
kegiatan bimbingan kelompok meliputi penetapan: Materi layanan, tujuan yang
ingin dicapai, sasaran kegiatan, bahan atau sumebr bahan untuk bimbingan
kelompok, rencana penilaian, dan waktu dan tempat.
3)
Pelaksanaan Kegiatan
a) Persiapan menyeluruh yang meliputi
persiapan fisik (tempat dan kelengkapannya), persiapan bahan, persiapan
keterampilan, dan persiapan administrasi.
b)
Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan terdiri
dari:
(1)
Tahap pertama: pembentukan, temanya
pengenalan, pelibatan dan pemasukan diri.
(2)
Tahap kedua: peralihan.
(3)
Tahap ketiga: kegiatan.
4)
Evaluasi Kegiatan
penilaian
terhadap bimbingan kelompok lebih bersifat penilaian “dalam proses”, yang dapat
dilakukan melalui:
a)
Mengamati partisipasi dan aktivitas
peserta selama kegiatan berlangsung.
b)
Mengungkapkan pemahaman peserta atas
materi yang dibahas.
c) Mengungkapkan kegunaan bimbingan
kelompok bagi mereka dan perolehan mereka sebagai hasil dari keikutsertaan
mereka.
d)
Mengungkapkan minat dan sikap mereka
tentang kemungkinan kegiatan lanjutan.
e) Mengungkapkan kelancaran proses dab
suasana penyelenggaraan bimbingan kelompok.
5)
Analisis dan Tindak Lanjut
d.
Konseling
Kelompok
Konseling
kelompok merupakan upaya bantuan kepada siswa dalam rangka memberikan kemudahan
dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling
kelompok dapat pula bersifat penyembuhan. Konseling kelompok bersifat
pencegahan, dalam arti bahwa siswa yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk
berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi mungkin memiliki suatu titik
lemah dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan
orang lain. Konseling kelompok bersifat pemberian kemudahan dalam pertumbuhan
dan perkembangan siswa, dalam arti bahwa konseling kelompok itu menyajikan dan
memberikan dorongan kepada siswa yang bersangkutan untuk mengubah dirinya
selaras dengan minatnya sendiri. Prosedur konseling kelompok dengan bimbingan
kelompok, yaitu terdiri dari:
1)
tahap pembentukan, dengan temanya
pengenalan, perlibatan, dan pemasukan diri;
2)
tahap peralihan, dengan temanya
pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga;
3)
tahap kegiatan, dengan temanya kegiatan
pencapaian tujuan;
4)
tahap pengakhiran, dengan temanya
penilaian dan tindak lanjut.
e.
Pengajaran
Remedial
Menurut
Makmun (dalam Nurihsan, 2007, hlm. 23) pengajaran remedial dapat didefinisikan
sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu
atau kelompok siswa tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal
mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan,
dengan melalui suatu proses interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah,
terkoordinasi, terkontrol dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya
terhadap keragaman kondisi objektif individu dan atau kelompok siswa yang
bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya. Secara sistematika
prosedur remedial tersebut, menurut Nurihsan (2007) dapat digambarkan sebagai
berikut:
1) Diagnostik
kesulitan belajar-mengajar.
2) Rekomendasi/referral.
3) Penelaahan
kembali kasus.
4) Pilihan
alternatif tindakan.
5) Layanan
konseling.
6) Pelaksanaan
pengajaran remedial.
7) Pengukuran
kembali hasil belajar-mengajar.
8) Reevalusai/rediagnostik.
9) Tugas
tambahan.
10) Hasil
yang diharapkan.
f. Bimbingan Klasikal
Menurut
Sudrajat, bimbingan klasikal termasuk ke dalam strategi untuk layanan dasar
bimbingan. Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa
dalam peluncuran program yang telah dirancang, menuntut guru BK untuk melakukan
kontak langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, guru BK
memberikan layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan dilaksanakan
melalui pemberian layanan orientasi dan informasi tentang berbagai hal yang
dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan
pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga memiliki
pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang dimasukinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar